Tuahnusantara.com -
Seramah dan sesantun sang bupati, begitu juga dengan sang istri. Semerakyat sang bupati, sesederhana itu pula sang istri. Dua-duanya sama-sama merakyat.Dua-duanya sama-sama dekat dengan masyarakat. Safaruddin Datuk Bandaro Rajo dan istrinya Nevi Zulvia Safaruddin, bagaikan sepasang sayap yang saling menguatkan satu sama lain. Dua-duanya, sama dicintai oleh orang banyak.
Adalah Nevi Zulvia Safaruddin. Selaku istri Bupati, jabatan yang melekat pada badan dirinya adalah Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Suatu hari, awak redaksi Tuahnusantara berbincang-bincang dengan Ibu Nevi Zulvia Safaruddin dalam kapasitas selaku Ketua TP PKK Kabupaten Lima Puluh Kota.
Kami bercakap-cakap di gazebo di rumah dinas Bupati . Gazebo yang sejuk. Di bawahnya ada kolam ikan koi dalam warna-warni yang menyejukkan pandangan mata. Rumah dinas berhalaman cukup luas itu tampak asri dengan beragam jenis bunga.
Bu Nevi, sungguhlah ramah. Ia sangat sederhana. Tak ada intan berlian yang melekat di jemarinya. Tak ada gelang emas yang melingkar di tangannya. Ia sangat natural. Tak ada make-up berlebihan di wajahnya yang teduh. Ia mengenakan baju kurung warna putih kekuningan, bersulam bordiran Koto Tangah Simalanggang.
“ Ini produk UMKM yang sedang kita kembangkan !” katanya seraya menunjuk ke baju yang sedang ia pakai. Setelah itu , ia mempersilakan kami menikmati kopi hangat bermerek Kopi Sago. Wangi. “ Itu kopi juga produk UMKM. Binaan Pememerintah kabupaten”, ujar Nevi penyuka kucing.
“Sebentar ya….!” ucapnya.Ia berdiri dan tampak masuk ke dalam rumah. Tak berapa lama, ia kembali ke hadapan kami seraya menunjukkan bungkusan kopi dalam kemasan menarik. “ Ini Kopi Sago….”, ia memberikan beberapa bungkus kopi ukuran 100 gram.
“Ya, sebagai oleh-oleh dari Kabupaten Lima Kota”, Bu Nevi tersenyum. Kami menerima dengan senang hati sembari mengucapkan terimakasih.
Kemudian kami berdialog dalam narasi kesejahteraan keluarga. “ Segala sesuatu harus kita mulai dari rumah tangga. Saya selalu mengingatkan ibu-ibu untuk kembali mentradisikan makan semeja dengan anak-anak. Jangan sampai, karena kesibukan kita anak-anak merasa tidak terperhatikan. Sering kita dengar, karena kesibukan orang tua, komunikasi dengan anak-anak kita menjadi terputus. Membesarkan anak dan memberikan kasih sayang tidak harus dengan uang. Kita harus mendidik karakter mereka dari meja makan dan segala perhatian! Apalagi, anak-anak kita sekarang ini, nanti akan menghadapi persaingan yang amat tajam di dunia serba digital yang serba AI atau Artificial Intelligence … ”, ujar Nevi.
Selaku Ketua Penggerak PKK salah satu tugas pokoknya adalah menghimpun, membina potensi masyarakat, memberikan bimbingan, memotivasi dan memasilitasi kelompok PKK di kecamatan dan di nagari.
“Kabupaten Lima Kota menyusun rencana kerja sebagai penjabaran hasil Rakernas VIII PKK dan Rakerda sesuai dengan 10 Program Pokok PKK yang sesuai dan selaras dengan kearifan lokal keluarga di kabupaten kita. Untuk melaksanakan program kerja, kami mengadakan kerjasama dengan mitra kerja dan instansi terkait.Juga dengan dunia usaha/UMKM”,ujarnya dalam penjabaran secara umum.
“Sebenarnya, sejak dari leluhur kita, perempuan Minangkabau yang disebut sebagai Bundo Kanduang memiliki peranan yang teramat sentral dalam masyarakat Minang. Perempuan adalah penjaga rumah gadang. Perempuan Minang bertanggung jawab atas rumah gadang, harta pusako tinggi”,ulasnya dalam tutur berdiksi santun.
“ Bundo Kanduang nan lemah lembut. Kelemahlembutan itu digambarkan dengan samuik tapijak indak mati. Perempuan-perempuan dari Minangkabau adalah perempuan yang gigih, ulet, berkemauan keras dan kuat.Itu diumpamakan dengan alu tataruang patah tigo. Elok bundo eloklah bangso. Ya, Perempuan Minang limpapeh rumah gadang. Makanya, sesibuk-sibuk apapun sang bundo, nan anak-anak sarato rumah tanggo tetap nan utamo”, kata Buk Nevi yang sedang giat-giatnya melakukan upaya penurunan angka stunting atau gizi buruk.
Berbagai program telah dijalankan. Mulai dari bagi - bagi susu, roti dan sembako dan memastikan imunisasi berjalan baik. Semua bergerak melalui dinas kesehatan dan kader - kader Posyandu di nagari. Hampir tak ada satu anak pun yang tak tersentuh oleh program ini.
“ Kita kembali melaksanakan program sekolah paket untuk anak yang telanjur putus sekolah. Tak ada lagi alasan bagi anak kita untuk tidak mendapatkan ijazah SD,SMP dan SMA. Paket ini, gratis !” katanya.
“Tidak ada lagi alasan bagi anak-anak kabupaten Lima Puluh Kota untuk tidak sekolah. Semua program serta sarana dan prasarana untuk peningkatan dan pembangunan ruang pendidikan, alhamdulillah terlengkapi di kabupaten ini. Sekolah Dasar ada di tiap nagari.Bahkan, dalam satu nagari ada yang memiliki dua SD. SMP hampir ada di tiap kecamatan. Jadi, tak ada istilah anak – anak kabupaten Lima Puluh Kota yang tidak bersekolah…”,ulasnya.
“Harapan kita, pembangunan di kabupaten Lima Puluh Kota ini dimulai dari rumah tangga !” kata Ibu Nevi.
Lalu, azan Ashar memutus percakapan kami.
“ Yok, kita solat berjamaah !” ibu Nevi mengajak kami ke surau yang ada di rumah dinas itu. Salah ,seorang di antara kami menjadi imamnya. (Fadli)