Selamat
hari ini, sis dan bro serta sahabat “Saya Peduli” Nusantara…
Semoga
hari ini dan esok jauh lebih baik daripada hari kemarin…
Sisi
dan bro, nikmatilah hidup yang sekali ini dalam kegembiraan dan kebahagiaan
yang membuat hidup menjadi lebih asyik dan menarik.
Namun
begitu, tak sedikit di antara kita yang terkebak dalam rutintas kehidupan yang
monoton yang pada akhirnya membawa kita kepada kejenuhan hidup. Merasa jenuh
dalam hidup adalah ancaman berbahaya untuk menempuh esok yang lebih baik.
Apa
yang membuat kita terjebak jenuh hidup. Karena, yang kita hadapi tiap hari itu
ke itu saja. Hidup tanpa variasi dan improvisasi sama juga dengan membunuh jiwa
dan menumpulkan pikiran-pikiran kita.
Sebagian
orang-orang yang terjebak dalam apa yang disebut dengan “Zona Nyaman” adalah
sebenarnya orang-orang yang sulit mengembangkan diri dan segala potensinya.
Dalam
dunia digital dan kemajuan teknologi yang amat dahsyat, maka Zona Nyaman alias
Zona monoton bagai cincin yang terpasang bertahun-tahun di jari telunjuk yang
akibatnya menyakitkan dan sulit dilepaskan !
Untuk
itu, apa jalan keluarnya, sis dan bro?
Kalau
ingin hidup tak jenuh, lakukan terus sesuatu yang baru atau sesuatu yang beda.
Sesuatu
yang beda itu adalah senantiasa menciptakan tantangan-tantangan baru dalam
kehidupan. Terciptanya tantangan karena pikiran. Pikiran melahirkan
gagasan.Gagasan yang lahir, jangan mengendap di ruang kepala. Tapi, laksanakan.
Begitu kita bangun tidur, bukannya kembali menarik selimut untuk tidur lagi
tapi adalah lemparkan selimut dan jemput mimpi-mimpimu.
Jemput
dan laksanakan mimpi-mimpi baru tiap hari, adalah pembuat hidup menjadi lebih
variative dalam improvisasi yang tepat sasaran dan terukur.
Bila
satu tantangan selesai, jangan berhenti sampai di situ. Pikirkan sesuatu yang
baru.
Jangan
pernah berhenti berpikir. Ciptakan terus
tantangan tantangan lain.
Menciptakan
dan melaksanakan tantangan adalah cara lain
"
memperpanjang usia". Hidup tak
boleh pensiun dari pikiran dan melaksanakan pikiran-pikiran elok.
Hidup
itu asyik. Bukan keras. Apalagi, kekerasan. Hidup itu keindahan dalam sulam
kelembutan berbilik “Saya Peduli”.
Tapi,
kita tak bisa menafikan bahwa hidup itu adalah “pertarungan dan pertaruhan yang
keras dan sengit”.
Kita
harus menjadi pemenang dalam kehidupan.
Jangan
gampang melambaikan tangan ke kamera
kehidupan. Orang yang suka menyerah akan mempercepat "kematian".
Ada
saatnya kita "menolak ajal" di saat mana ajal " gadungan"
menyesatkan kita dan menganggap itu " ajal benaran".
Jangan
pernah takluk oleh kekuatan tak jelas yang melemahkan daya pikiran. Dunia itu
pertarungan yang keras, tajam, licin dan licik.
Cara
menghadapinya, jangan ragu. Jangan takut. Jangan mundur. Jangan menyerah.
Hadapi !
Jangan
biarkan persoalan bergenang-genang. Sebab, ;persolan satu akan tumbuh menjadi
persoalan dua dan beranak pinak menjadi persoalan-persoalan berlapis. Untuk
itu, selesaikan persoalan sebelum ia menjadi sesuatu yang berlapis-lapis.
Di
tangan orang cerdas persoalan besar terurai menjadi sederhana. Namun,
sebaliknya, di tangan orang-orang minus pikiran, maka persoalan kecil menjadi
besar.
Jangan
pernah takut dengan menghadapi badai besar. Karena, sebesar-besar badai, ia
pasti akan berlalu.
Jangan
pernah takut dengan hambatan dinding berbeton kuat, siapa tahu dinding itu
hanya dinding kertas.
Jangan
pernah berhenti di hujan lebat dan deras. Karena, sehabis hujan, langit akan
indah berhias Pelangi.
Tak
ada api yang benar benar hangat dan tak ada baja yang benar benar kuat selagi kita
tahu, kita yakin dan kita percaya bahwa kita mampu mengatasinya.
Ujung
dari air mata adalah gelak tawa. Ujung tawa adalah air mata. Ujung dari “mendapat”
adalah kehilangan. Ujung kehilangan adalah mendapat. Ujung ada adalah tiada.
Ujung tiada adalah ada. Ujung kelebihan cinta adalah benci. Ujung benci adalah
rindu. Ujung selesai adalah awal. Ujung awal adalah selesai.
Tapi,
tidak semua ujung adalah pangkal. Dan tidak semua pangkal adalah ujung.
Ada
sesuatu yang tidak bisa dibaca,disimak,diduga dan tak bisa dianalisis walau
dalam riset berlapis.
Apa?
"
RahasiaNya dan Dia Yang Maha Ghaib".
Terlepas
dariNya; bacalah...walau "sedikit".
Maka
beruntunglah orang-orang yang suka "membaca" karena tingkat
kearifannya adalah " rasa sebanding
daya" .
Daya
rasa adalah energi yang hanya dipahami oleh orang-orang yang terpilih di bilik
paling sunyi!
Petunjuknya,
dunia beradat " kejar" dan
akhirat beradat " dapat".
Selamat
menjalankan hidup indah dan damai.
Jangan
putus asa. Kalau Tuhan sudah berkehendak, percayalah; tak ada yang tak mungkin.
Sampaikanlah
dengan “Bunga Mawar” dan ucapkan “Saya Peduli”.
Salam
Solidaritas ! (*)
Catatan
Tentang Penulis:
Syarifuddin
Tanzil adalah Caleg DPR RI dari Partai
Solidaritas Indonesia (PSI), Dapil Jawa Tengah II yang meliputi Demak, Kudus
dan Jepara. Nomor Urutnya 1.