+ Kalau Lai Sayang ka Anak Cucu, Jago Alam Nan Ko…!
Takdir hidup Safaruddin Datuk Bandaro Rajo adalah melayani
orang banyak. Keikhlasannnya dan
ketulusannya bekerja tampaknya menjadi energi dan kebahagian bagi dirinya.
Mungkin itu pula yang membuat dirinya tak pernah tampak lelah. Mana pernah ia
mengatakan kata lelah. Kalau ke lapangan menemui masyarakatnya, wajahnya
berseri-seri. Mengunjungi masyarakat baginya adalah sesuatu yang paling banget.
“Bagaimana caranya kita mengetahui hidup dan kehidupan
masyarakat serta apa-apa yang mereka butuhkan kalau kita hanya berada di balik
meja?”retorik Bupati Lima Puluh Kota Safaruddin dalam suatu percakapan dengan
media ini, beberapa waktu silam di suatu
kunjungannya ke Pangkalan yang sedang dilanda bencana banjir dan longsor
beberapa waktu silam.
Walau hujan tak kunjung berhenti, Bupati Safaruddin dengan
mengenakan mantel hujan tampak sibuk memberikan instruksi kepada petugas
mengatasi longsoran yang memenuhi badan jalan. Dengan cekatan, ia terus
memberikan instruksi kepada operator alat berat yang sedang menyingkirkan
tumpukan tanah sisa longsoran tersebut. Tak hanya sekedar berkunjung ke lokasi
bencana, namun Bupati juga memberikan bantuan sembako kepada masyarakat korban
banjir.
“ Kita sedang mengusulkan program kepada Pemerintah Pusat
bagaimana cara mengatasi longsoran di bibir bibir tebing sepanjang jalan Koto
Alam dan Manggilang yang rawan longsor. Kita sudah mendeteksi beberapa titik
rawan longsor. Kita berharap, persoalan ini teratasi sehingga para masyarakat
pengendara merasa aman dan nyaman di perjalanan. Tapi, sebelum itu kita tetap
melengkapi rambu-rambu rawan longsor di sepanjang jalan tersebut !” ulas Bupati
Safaruddin yang dikenal sebagai pemimpin cepat tanggap.
Ketika ditanyakan kepadanya, bagaimana mengatasi banjir yang
sering melanda nagari Pangkalan, bupati menjawab: “ Kita tinjau kembali alih
fungsi lahan di hulu Sungai. Kita kembalikan menjadi hutan yang terjaga dan
terawat. Bencana itu terjadi terkadang karena keteledoran tangan-tangan manusia
juga. Kita himbau masyarakat nagari untuk sama-sama menjaga hutan. Jangan
tebang pohon kayu. Menebang pohon berarti mengundang bencana. Kalau kita
sepakat tidak ingin mengundang bencana, mari bersama-sama kita menjaga kelestarian
hutan. Mari bersama-sama kita merawat lingkungan. Jangan sampai, karena keserakahan kita, anak cucu kita kelak
teraniaya. Karena, alam dan hutan ini
adalah titipan anak cucu kita. Kalau lai maraso sayang ka anak cucu,
jago alam nan ko….”.
Selain itu, Bupati Safaruddin akan terus mengupayakan
normalisasi batang maek ke Pemerintah Pusat.
Bupati Safaruddin, bupati yang tak pernah merasa lelah
mengunjungi masyarakatnya di berbagai pelosok nagari. Ia terus bergerak. Ia
terus berpikir. Ia terus berupaya maksimal untuk mewujudkan pikirannya menjadi
program kerja ke depan untuk melakukan percepatan pembangunan Kabupaten Lima
Puluh Kota di segala bidang.
“Untuk membangun tak bisa sendiri-sendiri. Pemerintah
kabupaten dan masyarakat harus solid. Pembangunan
harus berbasis kebutuhan masyarakat. Harus berbasis kebudayaan dan kearifan
lokal. Yang paling penting adalah
kebersamaan. Karano, dek basamo mangko manjadi !” ujarnya seraya mengutipkan
beberapa pepatah yang bermakna kebersamaan dalam kehidupan sosial ,” Ilia
sarangkuah dayuang, mudiak saantak galah .Saukua mangko manjadi, sasuai mangko
takanak . Tagak samo tinggi, duduak samo randah . Duduak surang basampik
sampik, duduak basamo balapang-lapang “.
“Tak ada persoalan yang tak terurai. Seberat apapun persoalan
pasti ada jalan keluarnya. Tak ada kusut yang tak selesai selagi kita duduk
bersama-sama. Bukankah, elok kato dalam mupakaik, buruak kato dilua mupakaik “,
tambah Bupati Safaruddin yang dikenal dengan gaya kepemimpinan ninik mamak.
Bupati Safaruddin, bupati ninik mamak yang selalu ada untuk
orang banyak ! (Majik)