• Jelajahi

    Copyright © TUAH NUSANTARA | TANDA CINTA UNTUK INDONESIA
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

     


    7) Bersaudara Tak Harus Bertali Darah/Catatan Pikiran: Syarifuddin Tanzil

    Redaksi Utama
    Rabu, 10 Januari 2024, 11:57 PM WIB Last Updated 2024-01-12T00:51:03Z

     


     



    "Coba bayangkan,  andaikata segala sesuatu itu ukurannya adalah “kepentingan” maka di mana letaknya moral, etik dan adab?"

     

    Salam bahagia, sahabat Solidaritas Nusantara

    Bro dan Sis yang selalu dalam Rahmat dan nikmat Tuhan Yang Maha Kuasa.

     

    Hari ini, “ Saya Peduli” kepada kita semua. Saya memang bukan siapa-siapa.Yang saya miliki hanya rasa peduli. Saya takut dan cemas bilamana manusia kehilangan rasa peduli di ruang dadanya. Kalau rasa peduli menyempit, maka mari kita perluas dengan hati yang lapang.

     

    Ruang hati yang sempit itu salah satu penyebabnya adalah “ selalu mengutamakan kepentingan pribadi”. Ruang hati yang sempit terjadi karena kita berbuat dan melakukan sesuatu karena “ada udang di balik batu”. Ruang hati yang sempit karena kita menjauhkan diri dari segala ketulusan atau keikhlasan.

     

    Akibat ruang hati yang sempit adalah “matinya” rasa “peduli”.

     

    Kematian rasa peduli akan membawa kita pada kecelakaan sosial yang memilukan.

     

    Bila punah rasa peduli, maka tiap apapun yang kita lakukan selalu “berbayar”. Seperti kalimat, tak ada makan siang yang gratis. Ini adalah akibat kepedulian yang lenyap.

     

    Kepedulian yang lenyap itu tercermin pada kalimat yang sering kita dengar di tengah kehidupan publik, yakni “Tak ada kawan dan musuh yang sejati yang ada adalah kepentingan yang abadi .

     

    Coba bayangkan,  andaikata segala sesuatu itu ukurannya adalah “kepentingan” maka di mana letaknya moral, etik dan adab?

     

    Coba bayangkan, ketika kita ada kepentingan, jalinan perkawanan sungguh terasa kuat. Tapi, ketika sang kawan tak lagi kita butuhkan, tak lagi ada kepentingan kita, maka dia kita depak dari kehidupan. Itulah nilai-nilai perkawanan tanpa ketulusan dari para manusia yang mengutamakan kepentingan belaka.

     

    Begitu juga sebaliknya, dulu musuh bebuyutan.Saling bencinya berlebihan.Namun, ketika dipertemukan oleh kepentingan yang sama, mereka mendadak seperti sahabat sejati. Padahal yang sejati itu adalah “Kepentingan” doang. Di saat penting didekati, tak penting didepak saja.

     

    Apakah begitu?

     

    Sehingga, tempat kepentingan menjadi tinggi. Kepentingan menjadi ukuran murni kehidupan. Kepentingan mengalahkan prinsip.Kepentingan melemparkan segala rasa kemanusiaan.

     

    Maka, sampaikanlah “Saya Peduli”. Bukan karena kepentingan. Tapi adalah karena saya peduli, saya punya hati, saya punya pikiran, saya punya sikap.Sikap kepedulian sosial yang harus kita budayakan, demi menciptakan rasa damai di bumi yang indah permai.

     

    Untuk menjadi saudara, tak harus bersulam tali darah.Untuk menjadi saudara dan sahabat dalam perkawanan abadi tak harus beralas kepentingan. Untuk “Saya Peduli” alasnya satu saja : Hati yang tulus bukan pikiran yang bulus!

     

    Salam Solidaritas…(*)

     

    Catatan Tentang Penulis:

    Syarifuddin Tanzil adalah  Caleg DPR RI dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dapil Jawa Tengah II yang meliputi Demak, Kudus dan Jepara. Nomor Urutnya  1. 

     

     

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini